Tangal tua adalah hari dimana untuk sebagian orang termasuk saya mungkin lebih baik menghabiskan hari libur di rumah saja, mengingat sisa uang di dompet nampaknya tidak memungkinkan untuk ke mall walaupun sekedar nonton atau ke time zone, dari hari Sabtu mula saya sudah merasakan bosan akut, diam di kamar kost-kostan, hanya bergumul dengan novel dan netbook yang jaringan internetnya putus nyambung terus bikin emosi. Tampaknya hari Minggu jika saya habiskan seperti hari Sabtu akan sangat disayagkan, well akhirnya malam-malam entah kenapa tiba-tiba saya kepingin naik Kereta Api ke Bogor, dan setelah dipikir-pikir ga ada salahnya saya habiskan hari libur di Bogor saja, setelah browsing-browsing akhirnya saya temukan tempat yang cocok untuk kondisi keuangan saya, yihaaa Kebun Raya Bogor, selain tiket masuk murah-meriah, saya bisa bawa bekal makan dari kostan dan saya pun di usia yang hampir menginjak 23 th belum pernah mengunjungi Kebun Raya Bogor.
Keesokan harinya, perjalanan pun dimulai. Saya berangkat berdua dengan “ehem” teman, kita mulai meninggalkan kawasan Tebet sekitar jam 9.30 pagi (udah aga siang sih sebenernya), naik bis ke stasiun Cawang, 4000 perak uang pertama yang kita keluarkan untuk 2 orang, sesampainya di stasiun ternyata jadwal KA Executive AC ke Bogor baru ada jam 11.30, hmmm nunggu sekitar 2 jam di stasiun, stasuin Cawang tidak terlalu buruk, masih manusiawi dipakai menunggu, tiket per orang 6000 rupiah saja.
11.35 KA tiba, dan huft penuh, kami pun berdiri dari Cawang sampai stasiun Bogor, cukup menyenangkan lebih lumayan daripada naik busway, karena KA jika berhenti tidak membuat kita kehilangan keseimbangan dan tidak ada macet
Perjalanan Cawang–Bogor kurang lebih 60 menit, dari stasiun Bogor, kita berjalan kaki dulu ke istana president, lalu naik angkot warna merah saya lupa angkot nomor berapa, saya hanya tanya sopirnya
“lewat kebun raya ga bang?”
“lewat neng”
Yasudah kita naik dan turun di depan gerbang masuk Kebun Raya Bogor, ongkosnya 4000 perak lagi berdua, suasana di luar Kebun Raya Bogor ternyata cukup ramai, banyak pedagang makanan khas Bogor juga pedagang cinderamata, kita langsung melaju ke loket pembelian tiket, dari depan loket sudah terlihat banyak sekali pohon-pohon besar dengan jenis yang berbeda-beda, jika dihitung mungkin jumlahnya ratusan, ah ribuan sepertinya, atau mungkin jutaan,yang jelas banyak sekali
Menurut informasi yang saya dapat luas kawasan Kebun Raya Bogor mencapai 87 hektar telah didirikan sejak tahun 1817 atas prakarsa dari Sir Stamford Raffles, seorang kebangsaan Inggris yang menjabat sebagai gubernur Jawa. Didalamnya terdapat ribuan jenis pohon dengan usia yang sudah menginjak ratusan tahun, maka dari itu batang-batang pohonnya tampak besar dan rindang,. Jenis species yang ada pun tidak hanya berasal dari dalam negeri saja melainkan dari luar negeri pun ada, jadi berwista ke Kebun Raya Bogor juga bisa menambah ilmu pengetahuan tentang jenis-jenis pohon yang ada di belahaan bumi ini, karena di setiap batang pohon diberi label nama species dan asalnya.
Kita mulai mejelajahi isi dari Kebun Raya Bogor, pemandangan yang hijau nan indah, ribuan pohon yang terdapat disana membuat suasana menjadi sejuk dan kaya akan oksigen, hamparan rumput, desiran angin, germercik air dan kicau burung membuat suasana hati tentram. Kita terus berjalan mengelilingi seisi kebun, mecari bunga rafflesia yang sangat terkenal itu, namun saying sekali kita tidak menemunannya, entah karena bunga tersebut belum tumbuh atau bagaimana kita tidak sempat mencari informasi lebih lanjut mengenai keberadaan bunga tersebut.
Setelah lelah berkeliling dan perut terasa menagih sesuatu, akhirnya kita putuskan untuk istirahat di rerumputan sambil menyantap makan siang yang kita bekal dari Jakarta, karena kita tidak bawa alas duduk, mau tidak mau kita beli tikar KW, tikanya dari plastic, ya lumayan untuk 2 orang cukup menghabiskan uang 5000 rupiah saja.
Selesai makan tampaknya badan yang lelah ini minta di istirahatkan, akhirnya saya baringkan badan di atas rumput beralaskan tikar, menatap langit yang biru dan sedikit berawan, merasakan damainya hembusan angin, dan yang paling membuat saya terkagum-kagum adalah, kekayaan oksigen yang melimpah ruah yang sangat memanjakan paru-paru.
Pukul 04 sore akhirnya kita putuskan untuk menyudahi memanjakan diri bergumul dengan alam, dan kembali ke ranah perjuangan, disana di kota yang minim toleransi apalagi kalau bukan ibu kota. Kita pulang melewati rute yang sama dengan angkot dan KA.
Kebun Raya Bogor, saya putuskan minimal 2 bulan sekali harus bertandang lagi kesana untuk me recovery paru-paru.